Sabtu, 12 Februari 2011

Membangun Mindset Wirausaha

Dari pengamatan penulis, selama ini banyak terjadi kesalahan persepsi mengenai kemampuan wirausaha ini. Sebagian orang beranggapan yang dinamakan kemampuan berwira-usaha adalah mampu memproduksi komoditas tertentu; atau memiliki kemampuan memasarkan produk; dan yang lain beranggapan bahwa seseorang dikatakan memiliki kemampuan berwira-usaha jika ia mampu mengelola usaha secara mandiri. Akibatnya, sering terjadi kekeliruan di dalam mengembangkan kemampuan wira-usaha ini. Misalkan, untuk memulai berwira-usaha, mereka langsung belajar membuat produk tertentu, mengikuti kursus-kursus pemasaran atau mengikuti pelatihan-pelatihan pengelolaan usaha.

Orang-orang yang beranggapan seperti itu seringkali kali menuai kekecewaan setelah beberapa saat memulai wira-usaha. Mengapa ?


Setiap aktivitas usaha selalu mempunyai tantangan dan rintangan. Untuk menghadapi tantangan dan rintangan tersebut dibutuhkan mental yang tangguh dan sikap tekun yang luar biasa. Nah, biasanya, orang-orang yang berpikir wira-usaha seperti di atas tidak memperhitungkan hal ini. Yang ada di benak mereka hanyalah kalau usahanya sukses, ia akan membeli mobil baru, rumah baru, bisa berwisata ke mana saja mereka ingin. Sehingga, ketika tantangan dan rintangan mulai berdatangan di tengah perjalanan bisnisnya, mereka jadi kalang kabut dan tidak siap. Bisnisnya pun berakhir dengan kebangkrutan.

Lalu, mereka mencoba bisnis lainnya dengan pola yang sama. Karena polanya sama, maka hasilnya juga sama, kebangkrutan. Begitu seterusnya berulangkali. Sampai mereka mengambil kesimpulan : “Saya memang tidak berbakat berwira-usaha.”

Kasus seperti itu sangat sering terjadi. Dan kebanyakan sebabnya adalah salah dalam menafsirkan makna wira-usaha. Supaya Anda yang ingin menekuni dunia wira-usaha tidak mengalami nasib seperti itu, maka harus diperbaiki dulu makna wira-usaha.

Yang dicontohkan di atas, seperti memproduksi, memasarkan dan mengelola bukanlah hakikat dari wira-usaha, melainkan bentuk dari aktivitas wira-usaha. Wira-usaha sendiri adalah sikap mental atau mindset. Mindset wira-usaha merupakan seperangkat sikap hidup yang dibutuhkan untuk aktivitas wira-usaha, misalnya keberanian mengambil resiko, kejujuran, inovatif, kreatif, tahan banting, kepercayaan diri dan lain-lain. Artinya, meski seseorang memiliki keahlian di dalam memproduksi barang, ahli memasarkan atau menguasai manajemen pengelolaan usaha seringkali mengalami kegagalan di dalam berwira-usaha karena absennya mindset wira-usaha tersebut.

Oleh karena itu, sebelum terjun di dunia wira-usaha, seseorang harus membangun mindset wira-usahanya terlebih dahulu. Berikut ini merupakan beberapa langkah untuk membangun mindset wira-usaha :
1. Lakukan Brainwashing
Buanglah anggapan yang salah mengenai wira-usaha sebagaimana dicontohkan di atas. Gantilah dengan keyakinan bahwa hakikat dari wira-usaha adalah sikap mental atau mindset. Memang mengganti keyakinan seperti itu bukanlah hal yang mudah, tetapi yakinlah bahwa itu bisa, sangat bisa. Tidak ada hal yang mustahil jika kita meyakininya.

Pelajari dari buku, seminar, pelatihan atau sumber lain mengenai sikap apa saja yang dibutuhkan oleh seorang wira-usahawan. Misalkan berani mengambil resiko, cepat dalam memutuskan, jujur, kreatif dan lain-lain. Latihlah diri Anda dengan sikap-sikap tersebut.

Selain itu, Anda harus men-switch bawah sadar Anda menjadi bermental wira-usaha. Perlu Anda ketahui bahwa sebagian besar perilaku kita sangat dipengaruhi oleh aktivitas bawah sadar ini. Jadi, jika ingin mengubah perilaku dan kesadaran kita, maka ubah dulu yang berada di bawah sadar. Bagaimana caranya ?
Terus terang, untuk ini saya terinspirasi pendapat Jennie S. Bev di dalam bukunya ‘Mindset Sukses’. Di dalam buku tersebut, beliau memberi trik bahwa jika ingin memiliki mindset sukses maka katakanlah dalam hati ‘Saya adalah sukses. Sukses adalah saya”. Katakan ini berulang-ulang selama 1 sampai 2 menit setiap jam.

Nah, begitu pula dengan mindset wira-usaha. Katakanlah dalam hati “Saya adalah orang yang berani menanggung resiko, cepat mengambil keputusan, jujur dst, karena saya adalah seorang wira-usahawan yang berhasil”. Lakukan ini setiap jam selama 1 sampai 2 menit setiap hari. Dalam waktu 1 tahun, lagi-lagi ini ucapan Jennie S.Bev, sikap mental tersebut pasti Anda miliki.
2. Temukan Alasannya
Ada rumus lagi berkaitan dengan bawah sadar, bahwa bawah sadar kita lebih mementingkan ‘mengapa, bukan bagaimana’. Maksudnya, gambarkan dalam imajinasi Anda apa yang mendorong Anda sehingga ingin berwira-usaha. Bukan bagaimana caranya berwira-usaha. Misalnya, Anda adalah pemilik beberapa perusahaan besar dengan kantor yang megah. Anda sangat kaya raya, mobil Anda banyak, dan dihormati banyak orang. Gambarkanlah dalam pikiran Anda imajinasi tersebut setiap menjelang tidur.

Dengan melakukan secara rutin penggambaran mental tersebut, kita dapat meningkatkan motivasi diri kita untuk mencapai apa yang kita gambarkan itu. Selain itu, menurut ‘Hukum Tarik Menarik’ apa yang kita pikirkan, akan memancarkan ke alam semesta, yang selanjutnya alam semesta akan mengirim balik frekuensi pikiran tersebut kepada pemiliknya dalam bentuk berbagai hal yang dapat mewujudkan isi pikiran tersebut. Singkatnya, apa yang kita pikirkan, alam akan membantu kita mewujudkan pikiran kita.

Mengapa harus menjelang tidur ? Sebetulnya waktu yang baik untuk berimajinasi seperti itu bukan hanya menjelang tidur saja. Segala waktu bisa saja Anda lakukan sepanjang Anda bisa mengkondisikan pikiran Anda sebagaimana halnya kondisi pikiran sebelum tidur. Kondisi pikiran menjelang tidur adalah berada pada ambang sadar. Dalam fase demikian, kontrol kesadaran sangat lemah, sehingga kita memasukkan sugesti-sugesti yang berupa imajinasi tadi ke dalam alam bawah sadar.

3. Fokuskan
Selain membangkitkan kekuatan bawah sadar, kita juga harus mengelola otak sadar dan tenaga kita. Dunia wira-usaha terbentang sangat luas. Banyak pilihan ada di sana. Banyaknya pilihan seringkali membingungkan new comers. Orang-orang yang mau berwira-usaha seringkali kebingungan mereka akan bergerak di bisnis apa ? Apa di bidang makanan, retail, beternak, produksi, atau usaha jasa ? Dan, pada masing-masing bidang yang disebut masih banyak lagi pilihannya. Misalkan bidang makanan, apa makanan ringan, atau rumah makan, kue untuk pesta, jajanan untuk oleh-oleh dan lain-lain.

Jika tidak pandai menyikapi banyaknya pilihan ini bisa membuat seorang wira-usahawan ‘mondar-mandir’ tanpa pernah mencapai hasil sukses. Misalkan, oleh karena melihat temannya yang membuka usaha makanan ringan sukses, ia lalu membuka usaha seperti itu. Setelah beberapa bulan berjalan, ia mulai merasakan susahnya berbisnis di bidang makanan ringan. Lalu, ia memutuskan berganti usaha. Setelah mengobservasi ke sana-kemari, bertemulah ia dengan kawan lamanya yang sukses membuka usaha foto copy. Maka, ia pun ikut-ikut membuka bisnis foto copy. Namun, baru beberapa bulan, ia mulai merasakan sulitnya bisnis di bidang foto copy. Celakanya, ia kemudian memutuskan untuk berhenti berbisnis foto copy. Dan berganti dengan bisnis lainnya. Begitu seterusnya, hingga setelah beberapa tahun ia belum menghasilkan apa-apa.
Oleh karena itu, sebelum memulai berbisnis, mantapkan lebih dahulu, Anda akan mengambil bidang apa. Setelah itu, pelajari segala liku-liku dari bisnis tersebut. Pelajari peluang-peluangnya, kesulitan-kesulitannya, dan berapa modal minimal yang dibutuhkan untuk bisa berhasil. Karena itu, Anda harus ……

4. Belajar Pada Ahlinya
Yang dimaksud ahli di sini adalah orang-orang yang telah sukses di bisnis tertentu. Orang yang telah sukses di dunia bisnis adalah orang-orang yang telah berhasil mengatasi berkali-kali kegagalan, rintangan maupun kesalahan pada bisnis tersebut. Selain itu, mereka juga telah menemukan ‘jalan rahasia’ bagi kesuksesannya pada bisnis yang digelutinya. Maka, merupakan langkah yang sangat tepat untuk belajar menjadi pengusaha sukses pada mereka.

Persoalannya, kemana kita dapat menemukan mereka ?

Memang tidaklah mudah untuk berkenalan dengan orang-orang sukses semisal Ciputra, Aburizal Bakri, Tung Desem Waringin, Tomi Winata maupun pengusaha top lainnya. Nah, kalau sekadar berkenalan saja nyaris tidak mungkin bagaimana bisa belajar dari mereka ? Tidak perlu berkecil hati. Anda bisa belajar dari biografi mereka. Bukankah banyak buku-buku yang beredar di pasaran tentang biografi mereka ?

Selain itu, yang disebut pengusaha sukses kan tidak selalu harus sebesar dan sehebat mereka. Bisa jadi teman atau tetangga ada juga merupakan pengusaha yang tergolong sukses dengan ukurannya masing-masing. Dekati orang-orang seperti itu dan belajarlah menjadi pengusaha sukses pada mereka. Pelajari langkah-langkah apa yang telah mereka lakukan dalam membangun bisnisnya; tanyakan sikap mental apa yang mereka kembangkan sehingga mereka menjadi sukses; bagaimana cara mereka mengatasi masalah-masalah bisnis yang dihadapinya; dan hal-hal lain yang Anda anggap penting.

Berkenaan dengan ini, ada nasehat penting yang penulis dapat dari Tung Desem Waringin ketika mengikuti seminar beliau ‘Financial Revolution’. Beliau mengatakan, “Jika ingin menjadi orang kaya, jangan membenci orang kaya”. Begitu pula jika ingin menjadi pengusaha sukses, jangan pernah membenci pengusaha yang telah sukses.

Mengapa tidak boleh membenci mereka ?

Karena begitu ada benci di benak kita terhadap pengusaha-pengusaha yang telah sukses, maka artinya kita telah menutup diri untuk belajar kepada mereka. Kemudian, kalau tidak mau belajar sukses kepada mereka, kita mau belajar kepada siapa ?

5. Take Action
Apa yang Anda baca di atas tidak akan ada manfaatnya bagi Anda jika tidak Anda praktekkan. Karena itu, praktekkan sekarang juga.
Selamat berusaha !!!

4 komentar:

  1. Listyaning Pramesti Rini2 Maret 2011 pukul 06.03

    Wira-usaha adl mindset. Super. Terimakasih Pak Rohadi...:)

    BalasHapus
  2. Terimaksih juga telah berkunjung Mbak Lis.

    BalasHapus
  3. USAHA PEMBUATAN DETERGEN ADALAH JAWABANNYA.


    IV. MENGAPA HARUS USAHA PEMBUATAN DETERGEN ?

    - Usaha pembuatan detergen tidak ada matinya,karena kebutuhan utama setiap keluarga.
    - Bukan usaha TREND atau musiman.
    - Modal relatif kecil (bisa dimulai dengan prduksi kecil-kecilan dulu).
    - Minim Resiko (detergen memiliki masa jual yang lama jadi resiko sangatlah kecil).
    - Pola kerja yang sangat mudah(tidak menghabiskan semua waktu yang anda miliki).
    - Potensi penghasilan yang besar dan tidak ada putusnya.
    www.kursusbikindetergen.blogspot.com

    BalasHapus