Pemasaran Melalui Jejaring Sosial

Salah satu situs jejaring sosial yang paling digemari di Indonesia adalah Facebook. Konon, pada tahun ini, Indonesia menempati peringkat ke 7 dunia untuk kategori jumlah member, dengan jumlah pengguna sekitar 11,759,980. Salah satu faktor yang mendongkrak peningkatan jumlah pengguna Facebook adalah sebagian besar hand phone telah memiliki fitur untuk mengakses situs jejaring sosial tersebut.

Mengingat besarnya dan pesatnya pertumbuhan jumlah pengguna facebook di negeri ini, maka tak mengherankan jika banyak perusahaan mulai melirik situs ini untuk sarana berpromosi. Bukan hanya usaha kecil, perusahaan besar pun melakukannya, seperti toko buku Gramedia. Group Gramedia ini membentuk tim sosial media untuk menangani marketing melalui situs jejaring sosial. Dengan begitu, kita bisa melihat trend ke depan bahwa situs-situs jejaring sosial ini akan semakin menjadi sarana promosi yang kuat.

Ini tentu menjadi berita baik bagi kalangan usahawan, baik yang kecil maupun yang besar. Jika media promosi seperti televisi atau media massa hanya bisa ‘dibeli’ oleh perusahaan-perusahaan besar saja, maka berpromosi di situs sosial media bisa dilakukan siapa saja. Karena, bisa tidak berbayar sama-sekali. Paling banter hanya biaya koneksi internet.

Jika era pemasaran melalui situs sosial media atau jejaring sosial ini telah benar-benar membudaya, maka perusahaan-perusahaan, baik besar maupun kecil, harus berhati-hati melakukannya. Karena, salah-salah, justru bisa menjadi bumerang yang dapat menghancurkan reputasi mereka sendiri. Christopher Madison dari Milward Brown mengatakan, “Once you start handling social media, it’s like riding a tiger”. Jika kita salah memperlakukannya, bisa-bisa si penunggang dimangsa sendiri oleh sang macan.

Yang perlu dimengerti di sini adalah berpromosi melalui sosial media juga berarti sekaligus berperan sebagai customer service. Dalam menangani sosial media ini, kegiatan menangani keluhan pelanggan akan lebih intensif dibanding kegiatan promosi produk. Jika salah dalam menangani ketidakpuasan pelanggan, bisa-bisa brand sebuah produk bisa hancur dalam waktu yang relatif cepat. Hal itu bisa terjadi karena sosial media juga bisa menjadi sarana ampuh untuk menyebarkan virus-virus yang menjelek-jelekkan suatu produk atau perusahaan. Oleh karena itu, untuk menangani sosial media ini diperlukan kesiapan-kesiapan yang ekstra. Mulai dari SDM yang menangani sampai manajemen penangan pelanggan harus dipersiapkan dengan matang.

Dalam mempromosikan produk pun juga harus hati-hati. Kita pastigregetan jika halaman beranda kita seringkali di-tag oleh pihak yang mempromosikan produk-produknya. Bahkan, kalau saja sampai hati, ingin rasanya mendelete yang bersangkutan sebagai teman kita. Kalau calon pelanggan sudah merasa gregetan, kecil kemungkinannya untuk mau membeli produknya.

Oleh karena itu, berpromosi di situs sosial media tidak bisa dilakukan dengan cara vulgar seperti itu. Harus dilakukan dengan cara yang halus. Perlakukan calon pelanggan sebagai teman yang baik dan gunakan kalimat-kalimat seperti mengajak teman. Syukur-syukur jika tim yang menangani sosial media ini bisa memberi informasi-informasi yang dibutuhkan oleh calon pelanggan terlebih dahulu sebelum mempromosikan sesuatu, tentu akan berbeda sambutan mereka.

Jadi, prinsipnya, beri calon pelanggan sesuatu ( informasi ) yang mereka butuhkan, baru perusahaan bisa mengharapkan mereka memberi ( membeli produk ) yang perusahaan tawarkan.