Sabtu, 16 Juli 2011

Selling by Email

Anda  yang account email, barangkali tidak asing dengan penawaran produk atau jasa yang dikirim seseorang yang tidak kita kenal sebelumnya. Sebagian besar dari kita sangat jengkel dengan penawaran-penawaran model begitu. Apalagi jika penawaran semacam itu terjadi berulang-ulang, baik dari orang yang sama atau berbeda. Kita harus mendelete email-email tersebut. Kita dibuat repot olehnya.
Dengan pengalaman seperti itu,  seandainya kita akan menawarkan suatu produk, kita jadi ragu-ragu untuk menawarkannya melalui email. Kita khawatir jika respon penerima email sama seperti sikap kita saat menerima email penawaran. Artinya, kita berasumsi bahwa penawaran melalui email memang sangat efisien, tetapi tidak akan efektif. Kecuali kalau kita lakukan kepada orang yang memang sudah kita kenal.
Sebagai seorang enterpreneur,kesimpulan semacam itu pasti merugikan diri kita sendiri. Betapa tidak? Karena dengan berasumsi seperti itu, kita sama dengan membuang sarana promosi yang nyaris gratis. Dan jika dilakukan dengan baik, sangat efektif. Berikut ini ada contoh tentang penawaran melalui email yang ditulis oleh Joe Vitale dalam bukunya ‘Buying Trance’. Berikut tulisanya :

Rabu, 06 Juli 2011

Bila Pak Guru Berbisnis

Prihatin atas mutu lulusan SMK, guru SMK Negeri 4 Jakarta ini pun membuat alat peraga pendidikan sendiri. Belakangan, SMK-SMK dari berbagai kota memesannya. Maklum, harganya cuma setengah, bahkan sepertiga, dari produk serupa yang selama ini diimpor. 
 
Sebagai seorang guru, Agus Martoyo sangat berbeda dengan rekan sejawatnya. Tidak hanya kendaraan pribadinya — Mercedes-Benz Brabus C240 — tetapi juga inovasi dan jiwa bisnisnya. Semua itu berkat inisiatifnya membesut bisnis alat peraga pendidikan dengan bendera Citralab.