Minggu, 20 Februari 2011

Mantan Guru SMA Sukses Jadi Entrepreneur Kerajinan

Siapa bilang mantan guru sulit beralih jadi entrepreneur. Lihatlah Yahya Mustofa. Mantan guru SMP dan SMA di Kebumen ini sekarang sukses berbisnis kerajinan. Produknya bahkan telah diekspor oleh para trader ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, Amerika Latin, Rusia dan negara-negara Eropa. 
Menariknya, jalan masuk Yahya ke bisnis ini juga ditemukan ketika ia masih menjadi guru. Lulusan Jurusan Manajemen Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta (1997) ini kerap mendampingi kelompok perajin kerajinan tangan di wilayahnya. “Saya melihat daerah sekitar saya banyak sumber daya alam yang melimpah. Apalagi di Pantai Selatan. Banyak pohon kelapa yang bisa dibuat coco fibre,” ungkap pria berusia 36 tahun ini. 


Dua tahun Yahya mempelajari peluang ini. Pada 1999, ia pun mendirikan UD Putra Dunia Baru Handicraft. Modal awalnya Rp 3 juta dari koceknya sendiri. Dana tersebut digunakan untuk modal kerja seperti membeli bahan baku dan mesin jahit. Hanya dua mesin jahit yang berhasil dia beli. “Tiga mesin jahit lainnya dibeli dari (uang) pinjaman,” ujar pria kelahiran 14 Juni 1974 ini. Bahan baku yang digunakan untuk produk kerajinan tangan ini, antara lain sabut kelapa, bambu, eceng gondok dan daun pandan. 
 
Pada 2001, Yahya mendapatkan pinjaman pertama kalinya dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Semarang, senilai Rp 10 juta. Karena mampu melunasi dengan baik, pinjaman dari institusi itu makin besar. Pada 2005 ia mendapat pinjaman Rp 50 juta. 

Dimulai dengan 7 karyawan, lama-kelamaan volume produksinya semakin banyak. Pada 2001, jumlah karyawannya 20 orang. Lima tahun kemudian (2006), total karyawannya membengkak menjadi 130 orang. “Kini dari 12 kecamatan di Kebumen, terdapat 15 ribu perajin. Sekitar 7 ribu merupakan perajin yang juga mengerjakan kerajinan tangan saya di rumah-rumah mereka,” ujar pria yang sempat membuka usaha katering di Yogya ini. 
Pada tahun-tahun tersebut, usaha Yahya berkembang sangat pesat. Pada 1999-2001, volume usahanya baru Rp 30 juta/bulan atau setara dengan 15 ribu unit kerajinan tangan yang terdiri dari kerajinan pelepah pisang, tapas, tatakan gelas, serbet dan kap lampu. Tahun berikutnya volume produksinya bertambah menjadi 20 ribu unit atau senilai Rp 60 juta. Pada 2006-2007, bisnis Yahya mencapai kinerja tertinggi senilai Rp 90 juta dengan volume produksi 40 ribu unit/bulan. 
Yahya mengakui, sejak awal targetnya memang para eksportir. Mereka kemudian memasok ke berbagai negara termasuk untuk IKEA, peritel perabotan rumah tersohor dari Swedia yang gerainya tersebar di puluhan negara. “Kira-kira satu kontainer setiap bulan,” ujarnya. Bagi Yahya, rahasia mendapat kepercayaan dari eksportir mudah saja yaitu dalam setiap produk baru, ia selalu memberi contoh produk. Berikutnya, dalam setiap produksi, ia selalu berusaha menghasilkan produk berkualitas dan dikirimkan tepat waktu. Yahya juga rajin mengikuti berbagai pameran berskala nasional, misalnya Pekan Raya Jakarta, Inacraft, dan SMESCO di Jakarta.

Kini ada empat eksportir yang mengambil barang darinya. Sebagian merupakan eksportir yang sudah menjalin kerja sama sejak tahun 2001. “Saya hanya menggunakan merek pada pasar domestik. Produk yang diekspor biasanya tidak mau pakai merek. Hanya dengan tulisan Made in Indonesia,” katanya. Merek produk yang dipakainya adalah Dubex, singkatan dari Dunia Baru Ekspor.

Toh, Yahya tak selalu melakukan ekspor melalui perantara. Satu kali ia pernah mengekspor secara langsung, yakni pada 2007 ketika ia mendapat pembeli dari Argentina. Jumlah pesanannya hanya sekitar satu kontainer yang berisi 14 ribu unit tas belanja dari bahan pandan. “Saya mendapatkan klien tersebut dari pameran yang saya ikuti,” ujar pria yang minimum dua kali setahun ikut pameran ini. 

Krisis global pada 2008 ikut menerpa bisnis Yahya. Volume produksinya turun menjadi 27 ribu unit/bulan di tahun itu. Tahun 2010, volume produksi tak beranjak jauh, 28 ribu unit/bulan. Alhasil, harga jual/barang juga ikut menurun. Karena itulah, sejak tahun lalu Yahya mencoba memasuki pasar lokal. Porsinya memang hanya 5%, atau 100-200 unit/bulan. “Saya melihat ini sangat potensial dikembangkan di Indonesia,” ujarnya. Kini ada lima mal yang mendapat pasokan dari Yahya antara lain Cilandak Town Square, Cirebon Super Block, sebuah mal di Banjarmasin dan mal di beberapa daerah lainnya. Pola kerja samanya konsinyasi. “Potensinya masih sangat lebar. Apalagi nanti jika saya bisa bekerja sama dengan biro perjalanan yang ada di Yogya untuk membawa para turis ke workshop saya.” 

Hingga kini Yahya belum berminat menjadi eksportir langsung. Alasannya, modal dan SDM yang dimilikinya masih terbatas, sehingga tak siap menghadapi permintaan dalam jumlah besar. “Apalagi biasanya untuk bisa ekspor harus lulus uji sertifikasi semacam ISO,” katanya beralasan, seraya menyebutkan ada beberapa negara yang meminta sertifikasi lulus uji serangga untuk produk kerajinan tangan. 

Prof. Agus W. Soehadi, Direktur S-1 Bisnis Prasetiya Mulya, bisa memahami kesulitan Yahya menjadi eksportir. “Menjadi eksportir adalah sebuah investasi karena seseorang harus berinvestasi membangun brand dan kualitas,” ujarnya. Untuk mengembangkan produksinya, Agus menyarankan agar Yahya mencoba pemasaran online. “Dia bisa mencoba membangun Web yang bagus, yang bisa memberikan informasi sejelas-jelasnya kepada buyer dari seluruh dunia,” katanya. Namun cara itu, lanjut Agus, perlu dibarengi dengan mempertahankan kerja sama yang sudah dibangun dengan eksportir. 

Sumber : Swa

2 komentar:

  1. Asa syarikat pinjaman pinjaman bersedia untuk meminjamkan mana-mana jumlah yang anda perlukan untuk memulakan perniagaan peribadi anda. kami memberi pinjaman pada kadar faedah 3%, jadi Sila memohon pinjaman pertanian pertanian. jika anda memerlukan hubungan pinjaman e-mel kami: asaloantransfer@gmail.com, anda juga boleh menghubungi e-mel ini: finance_institute2015@outlook.com

    Mungkin ada banyak sebab mengapa anda perlu akses kepada beberapa wang tunai tambahan - daripada yang tidak dijangka pembaikan kereta atau rumah untuk membayar untuk perkahwinan anda atau cuti khas. Tetapi apa sahaja yang anda memerlukannya, apabila anda meminjam antara $ 5,000 USD untuk 100,000 USD di atas

    Asa loan lending company are ready to loan you any amount you need to start up your personal business. we give out loan at 3% interest rate, so Kindly apply for agricultural farming loan. if you need loan contact our email:asaloantransfer@gmail.com, you can also contact this email:finance_institute2015@outlook.com. There could be many reasons why you need access to some extra cash – from unexpected car or home repairs to paying for your wedding or a special holiday. But whatever you need it for, when you borrow between $5,000 USD to 100.000 USD above

    BalasHapus
  2. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus